MASOHI–Perkumpulan Pengemudi Truck Indonesia (PPTIM) Kabupaten Maluku Tengah mendatangi Komisi II kantor DPRD Maluku Tengah akibat kesulitan mendapatkan solar di SPBU, Selasa (21/10/25).
Dalam penyampaiannya, Koordinator Perkumpulan Pengemudi Truk Indonesia Maluku (PPTIM), Tontjie Helaha mengeluhkan kelangkaan solar yang sudah berlangsung kurang lebih tiga tahun ketika diberlakukan sistem barcode.
”Alasannya jaringan, sebelum itu, kelangkaan terjadi pada Desember 2023 SPBU tidak menjual solar hingga satu pekan, tapi penjualan dextalite, kenapa tidak bisa ambil langkah tegas,” tukas Tontjie.
Helaha mengeluhkan, SPBU Reguler hanya satu di Kota Masohi, sehingga pengisian BBM bersubsidi di teman ini menjadi ribet karena sering terjadi antrian yang begitu panjang bahkan kenapa Pertamina tidak bisa memenuhi kuota pengisian BBM.
”Pengisian Solar ribet bangat, kenapa sering terjadi antrian yang begitu panjang, apa masalahnya, toh waktu pengisian kami hanya diberi 35 liter dan kami diminta menambahkan pengisian dengan Dextalite. Padahal jatah kami adalah 60 liter sesuai dengan peraturan BPH Migas,”ungkap Tontjie Helaha.
Lebih lanjut Helaha meminta agar Pertamina terbuka ke masyarakat soal stok BBM bersubsidi jenis solar untuk kuota.
Sementara itu, Manajer Depot Pertamina Masohi, Dian Aritianto memastikan bahwa stok BBM di depot Pertamina Masohi tersedia.
Diakui, penyaluran BBM disesuaikan dengan permintaan dari mitra ataupun pihak SPBU.
Di lain sisi, Pengawas SPBU Reguler Masohi, Alfian Toisuta membenarkan bahwa kuota yang tertera pada barcode yakni 60 liter BBM subsidi.
”Saya tidak tahu alokasi (stok BBM) tiap bulan berapa (banyak), dan kami jual atau isi BBM (subsidi) Rp. 250 ribu per 36 liter, hal itu demi menjaga stok bulanan BBM subsidi,”
Toisuta juga mengaku ia bukan pengambilan kebijakan, sehingga berharap penyampaiannya dapat dipahami Anggota DPRD Maluku Tengah dan peserta rapat lainnya. (Kang Ojie)